| Pemeriksaan Mutu SimplisiaMerupakan usaha untuk menjaga keajegan mutu simplisia. Pemeriksaan mutu  simplisia dilakukan pada waktu penerimaan atau pemberiaanya dari pengumpul atau  pedagang simplisia. Simplisia yang diterima harus berupa simplisia murni dan  memenuhi persyaratan umum untuk simplisia. Simplisia yang bermutu adalah  simplisia yang memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia, Materia medika  indonesia. 
 Kontrol kualitas merupakan parameter yang digunakan dalam proses standarisai  suatu simplisia . Parameter standardisasi simplisia meliputi parameter non  spesifik dan spesifik. Parameter nonspesifik lebih terkait dengan factor  lingkungan dalam pembuatan simplisia sedangkan parameter spesifik terkait  langsung dengan senyawa yang ada di dalam tanaman.  
 Penjelasan lebih lanjut  mengenai parameter standardisasi simplisia sebagai berikut: 1.kebenaran simplisiaPemeriksaan mutu simplisia dilakukan dengan cara organoleptik, makroskopik dan  mikroskopik. Pemeriksaan organoleptik dan makroskopik dilakukan dengan  menggunakan indera manusia dengan memeriksa kemurnian dan mutu simplisia dengan  mengamati bentuk dan ciri-ciri luar serta warna dan bau simplisia. Sebaiknya  pemeriksaan mutu organoleptik dilanjutkan dengan mengamati ciri-ciri anatomi  histologi terutama untuk menegaskan keaslian simplisia. 2.parameter non spesifikmeliputi uji terkait dengan pencemaran yang disebabkan oleh pestisida, jamur,  aflatoxin, logam berat, dll. 
 a. penetapan kadar abuPenentuan kadar abu dilakukan untuk memberikan gambaran kandungan mineral  internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai diperoleh simplisia  dan ekstrak baik yang berasal dari tanaman secara alami maupun kontaminan selama  proses, seperti pisau yang digunakan telah berkarat). Jumlah kadar abu maksimal  yang diperbolehkan terkait dengan kemurnian dan kontaminasi. Prinsip penentuan  kadar abu ini yaitu sejumlah bahan dipanaskan pada temperatur dimana senyawa  organik dan turunannya terdestruksi dan menguap sehingga tinggal unsur mineral  dan anorganik yang tersisa.  
  kadar abu = bobot akhir/bobot awal x 100% 
 Penyebab kadar abu tinggi:-cemaran logam
 -cemaran tanah
 
 b. penetapan susut pengeringanSusut pengeringan adalah persentase senyawa yang menghilang selama proses  pemanasan (tidak hanya menggambarkan air yang hilang, tetapi juga senyawa  menguap lain yang hilang). Pengukuran sisa zat dilakukan dengan pengeringan pada  temperatur 105°C selama 30 menit atau sampai berat konstan dan dinyatakan dalam  persen (metode gravimetri). 
  susut pengeringan = (bobot awal - bobot akhir)/bobot  awal x 100% 
 Untuk simplisia yang tidak mengandung minyak atsiri dan sisa pelarut organik  menguap, susut pengeringan diidentikkan dengan kadar air, yaitu kandungan air  karena simplisia berada di atmosfer dan lingkungan terbuka sehingga dipengaruhi  oleh kelembaban lingkungan penyimpanan. 
 c. kadar airTujuan dari penetapan kadar air adalah untuk mengetahui batasan maksimal atau  rentang tentang besarnya kandungan air di dalam bahan. Hal ini terkait dengan  kemurnian dan adanya kontaminan dalam simplisia tersebut. Dengan demikian,  penghilangan kadar air hingga jumlah tertentu berguna untuk memperpanjang daya  tahan bahan selama penyimpanan. Simplisia dinilai cukup aman bila mempunyai  kadar air kurang dari 10%. 
  Penetapan kadar air dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu: 
 metode titrimetrimetode ini berdasarkan atas reaksi secra kuantitatif air dengan larutan anhidrat  belerang dioksida dan iodium dengan adanya dapar yang bereaksi dengan ion  hidrogen.Kelemahan metode ini adalah stoikiometri reaksi tidak tepat dan  reprodusibilitas bergantung pada beberapa faktor seperti kadar relatif komponen  pereaksi, sifat pelarut inert yang digunakan untuk melarutkan zat dan teknik  yang digunakan pada penetapan tertentu. Metode ini juga perlu pengamatan titik  akhir titrasi yang bersifat relatif dan diperlukan sistem yang terbebas dari  kelembaban udara (Anonim, 1995). 
 metode azeotropi ( destilasi toluena )metode ini efektif untuk penetapan kadar air karena terjadi penyulingan berulang  kali di dalam labu dan menggunakan pendingin balik untuk mencegah adanya  penguapan berlebih. Sistem yang digunakan tertutup dan tidak dipengaruhi oleh  kelembaban (Anonim, 1995).
 
  kadar air ( v/b) = volume air yang terukur /  bobot awal simplisia x 100% 
 metode gravimetriDengan menghitung susut pengeringan hingga tercapai bobot tetap(Anonim, 1995). 
 d. Kadar minyak atsiriTujuan dari penetapan kadar minyak atsiri adalah untuk mengukur berapa banyak  kadar minyak atsiri yang terdapat dalam simplisia. Penetapan dengan destilasi  air dapat dilakukan karena minyak atsiri tidak dapat bercampur dengan air,  sehingga batas antara minyak dan air dapat terlihat dan diukur berapa banyak  kadar minyak atsiri yang ada pada simplisia tersebut. 
  kadar minyak atsiri = volume minyak atsiri yang  terukur/bobot sampel x 100% 
 e. Uji cemaran mikrobauji aflatoksinuntuk mengetahi cemaran aflatoksin yang dihasilkan oleh jamur  Aspergillus flavus 
 uji angka lempeng totaluntuk mengetahui jumlah mikroba/ bakteri dalam sampel. Batasan angka lempeng  total yang ditetapkan oleh Departemen kesehatan yaitu 10^6 CFU/ gram 
 uji angka kapanguntuk mengetahui adanya cemaran kapang.Batasan angka lempeng total yang  ditetapkan oleh Departemen kesehatan yaitu 10^4 CFU/ gram. 
 Most probably number (MPN)untuk mengetahui seberapa banyak cemaran bakteri coliform (bakteri yang hidup di  saluran pencernaan). 
 3. Parameter spesifikParameter ini digunakan untuk mengetahui identitas kimia dari simplisia. Uji  kandungan kimia simplisia digunakan untuk menetapkan kandungan senyawa tertentu  dari simplisia. Biasanya dilkukan dengan analisis kromatografi lapis tipis. 
 | 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar